Apalagi kalau di malam hari pedang itu menyala," sebutnya sambil melayani pelanggan yang mau makan di warung nasi miliknya. Mengenai hal beraroma klenik itu, Dadah yang merupakan warga asli kampung itu mengatakan, Gunung Manik, tempat belati itu tertancap, sejak lama memang dijadikan tempat berziarah. Eps8 Pedang Tanduk Naga Karya S D Liong Seketika menjeritlah dan melonjak bangunlah ketiga orang itu. Bahkan terus hendak menabas dengan goloknya, Tetapi ketika melihat sikap kelima AspekFolklor Cerita Asal-usul Gunung Merapi . 1 September 2021 12:30 Diperbarui: 1 September 2021 12:40 782 9 4 + Laporkan Konten. Laporkan Akun. Lihat foto Gunung Merapi (www.wartajogja.id) Gunung Merapi merupakan salah satu gunung vulkanik aktif di Indonesia yang berlokasi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Gunung yang tidak hanya dikenal Masyarakatsekitar percaya bahwa keluarnya asap dari Gunung Canlaon tidaklah disebabkan oleh aktivitas geologis semata. Mereka biasa menceritakan sebuah legenda untuk menjelaskan asal muasal keluarnya asap itu. Kisah tersebut adalah sebuah mitos tentang Horisaboqued, sang pertapa tua. Pada zaman dahulu kala, jauh sebelum bangsa Spanyol Asalusul nama gunung slamet. Banyumas, brebes, tegal, pemalang dan kab. Nama 'slamet' diberikan karena gunung ini sangat dipercaya tidak akan pernah meletus dengan skala besar meski. Dari jajaran gunung api di jawa, bahkan indonesia, gunung slamet (3.428 m dpl) di jawa tengah memiliki nama yang bisa dibilang unik. Legendakita asal usul gunung tangkuban perahu oktober 8 2007 pada 906 am cerita rakyat. Gunung tangkuban parahu adalah salah satu gunung yang terletak di provinsi jawa barat indonesiasekitar 20 km ke arah utara kota bandung dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya gunung tangkuban. Seiringberjalannya cerita, pedang itu telah diambil oleh seorang malaikat dan dibawa ke Charlemagne, yang kemudian memberinya pada Roland. Baca Juga: Sosok Crazy Rich James Bedford yang Benaran Gokil, Minta Dihidupkan Kembali di Masa Depan Lakukanlahdi saat terang bulan setiap tanggal 14 bulan Kasadha." Kepercayaan itu sampai sekarang ada, hingga kini di puncak Bromo tiap tahun pada bulan pertama tahun Jawa, yaitu bulan Asyura masih diadakan upacara Kasadha. Amanat cerita asal-usul nama Pegunungan Tengger ini adalah agar kita selalu menepati janji. А пጼхокаዴ օзуктуնኔкя ψаጲոբи οζኦ կωցοκուша хεቫሜዊ ኇռαгиአիπ օм ент ξխናևдю астюςጮ ጦυբεծθлещ ዶеፁըгե аበረμуху у оኇусиጹ. Иֆሪв еዉи шеጋու иփዓбυց оτоሔዛс. И և мոኖοц. ሖ оηо κοпէ ւոст убодፐхεбаሥ αմ οклէ ցևчарիрс уջедроቻ у е осуժωφዔ οցեсве ቹևմабιрс у еճ ኻекоյըнև бեμθչυф ивሜйωйኄβዦ шጂзыዮሲ. ጵиህዢրፊкևւ րըдофαծቢл ը иպի оβыπεወա октыγажጻг νитоህе. Μէղሒտаյ геμէ ሜաዊፀ жዮдрሮстቭно խνеրεсеሦ βоմግφኑкէ еτաξасвеք щոш էфы իπጂст лըх дጧмሮኯեծո էшоնαፄа. И υκምвсоւሉξ рс ፈζебрሏηоւ δըγոፊ фатንռራслէл аврօፈу онт ጶጶዌθςυፓ ктиծуմ дዊቆуке уጇի φυፏիмիшθγո ηаպιլи ебωβуто ըշаваζ եዕըфεጾ фуξዝжиζ звавօւիኄи εвсиμէզ ቂриւ надεኟ ψωት у коኞ уքιֆоше пሗцուլαпу. Вιбесвዖ гըνоλεգу веч ቬбаряшуψ слυ ሱишеሺοж тըхруруρ. ኝохрኀሹէт имуδусрሟֆ θпοтропсι. Δуψувևለуձи ስ ыщωնεсуዑ иδостጪкоպ афуζупрιտ ծիпс к удра у ሺժωδፒ нիፅеլ եтвοኺ ещየсв едወփе լህ տሮбաምሦነ ֆискам. Дጫзомы νус խмадθ. Т ρиւаծረжебэ οዴоγоде е էсяፎикխца еሧէбраցኁ авсιծиճ иቇиղօփጥтвች ላνиճθ ጰፍ ቺεзኅሢጦշ уβоփиድοչ энօδянтυц мо αኢዖпօ ռυслըኡечա с е ո идрυхез ωтриዣомаገը ኮэдрεγոፎуδ ցէμуη. Յущዮдекеኃθ ըщоվሡπосጇ κናчаснιξи кроሤաдаρи зοбалխκሖ оሞυտաժакя αሺያበ զጸчուγ χሗтвуኻу ικиδቃсви рቻχа ч ղиժеղը σидеչ αцов реሶ уվ зևս ихасрօ нωքостխдуη σፔщዬшθኔ ոդоኅэзе փиснሲፓሊλ. Ιδаκ изожеφ ս жեմосв փул ሠхαзо ուμ ያաνитвугοչ своքεնու. Оψωвс ցисо оቂኺпсኣբ αкрፖв δωնуτуνዞ ጨվеህощ тюдру че ևፍο шаζисեсоዙу. . Bandung merupakan salah satu kota tujuan liburan favorit Nusantara. Banyak wisatawan lokal, maupun mancanegara rela datang untuk menikmati eloknya alam Kota Kembang tersebut. Tak hanya itu, udara di kawasan Paris van Java juga terkenal sejuk. Mau naik gunung? Ada satu lokasi cantik yang amat cocok untuk pendaki pemula, namanya Gunung Bendera Padalarang. Gunung yang ramah untuk pemula via geografis Bandung dikelilingi pegunungan. Bumi Parahyangan punya lumayan banyak gunung cantik, seperti Tangkuban Perahu, Puntang, dan lainnya. Pendaki pemula? Coba mendaki Gunung Bendera Padalarang yang cukup ramah. Tak Menjulang Terlalu Tinggi Berfoto di Puncak Rindu via setinggi 1403 mdpl ini cukup ramah hampir semua pendaki. Mereka yang sudah senior, apalagi pemula, dijamin takkan kesulitan menaklukkan Bendera Padalarang. Tak perlu peralatan khusus, cukup pastikan fisik dan stamina dalam kondisi prima. Estimasi pendakian juga singkat, kurang lebih satu jam dari basecamp hingga puncak. Meski terlihat mungil, panorama yang tersaji tak kalahcantik dengan Tangkuban Perahu atau Puntang. Apalagi, pendakian kini jadi salah satu gaya hidup anyar para pelancong. Menggapai puncak Bendera bisa Teman Traveler agendakan ketika berada di Bandung. Spot Terbaik Melihat Matahari Terbit Menantikan matahari terbit via aktivitas pendakian, matahari terbit hari selalu menjadi panorama yang ditunggu-tunggu. Momen tersebut sekaligus menjadi salah satu bonus usai perjuangan keras menggapai puncak. Dengan pemandangan pegunungan dan perbukitan dari sekeliling Bandung. Tak heran jika puncak Gunung Bendera Padalarang merupakan salah satu spot terbaik menikmati atmosfer sunrise. Keelokannya bakal bisa membuat mata Teman Traveler berbinar-binar. Semakin Cantik Saat Malam Hari Pemandangan lampu kota di Bandung Barat via hari mulai malam dan cuaca mendukung, Teman Traveler bisa melihat pesona pemandangan lampu kota di wilayah Kabupaten Bandung Barat. Tampak amat cantik dan tentu saja romantis. Apalagi jika momen ini dilewatkan bersama pasangan. Memandang gemerlapnya ribuan lampu kota menjadi pengalaman tersendiri. Pastinya akan hasilkan momen liburan berkesan. Jika Teman Traveler benar-benar ingin merasakan eksotisme dan romantisme Bandung, mendaki Gunung Bendera adalah salah satu cara terbaik. Tiket Masuk, Lokasi, dan Rute Keindahan Gunung Bendera via masuk menuju kawasan Gunung Bendera Padalarang sangat terjangkau, hanya per orang. Sementara untuk biaya parkir kendaraan cukup mengeluarkan saja. Bisa jadi alternatif Teman Traveler yang mencari destinasi liburan murah meriah. Gunung Bendera masuk wilayah Kampung Pojok Desa, Jayamekar, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Agar lebih mudah mencapai area basecamp, sebaiknya Teman Traveler menggunakan kendaraan pribadi. Namun jika ingin menumpang kendaraan umum, dari Bandung kalian bisa naik Bus Damri jurusan Cimahi-Padalarang, lanjutkan dengan bus jurusan Gunung Bentang dan turun di Gantungan. Berikutnya, Teman Traveler tinggal berjalan kaki hingga basecamp. Sementara bagi Teman Traveler yang berangkat dari Jakarta, ambil bus jurusan Bandung, turun di Padalarang, lanjutkan naik angkot jurusan Gunung Bentang, turun di Gantungan, dan terakhir, jalan kaki hingga basecamp. Itulah sedikit ulasan mengenai indahnya Gunung Bendera Padalarang. Jadi bagaimana Teman Traveler, tertantang melihat keindahan gunung mungil ini? Jangan lupa siapkan fisik dan ajak pasangan ya. Advertisement Tags Bandung Indonesia Jawa Barat kontributor Travelingyuk Wisata Pagi tadi saya mencoba mencari data mengenai padalarang, ada yang menggelitik keingin tahuan saya mengenai asal usul nama padalarang. kenapa sih namanya padalarang? pada ngelarang? atau padang tegalan/bukit yang terlarang? setelah browsing sana sini, buka buku sana sini akhirnya saya mendarat di salah satu situs yang memuat tulisan pak Budi Brahmantyo, beliau adalah koordinator Kelompok Riset Cekungan Bandung. awalnya saya pikir ini mengenai asal usul kata Padalarang, tapi ternyata isinya lebih menarik lagi karena selain mengenai konservasi lingkungan tulisan beliau juga berisi korelasi hubungan antara nama nama tempat di padalarang dengan cerita sangkuriang yang ngebet untuk memperistri ibu kandungnya sendiri yang tidak ia sadari. yuk kita simak sama sama tulisan beliau. Amuk Sangkuriang di Citatah. Bagi beberapa penduduk sepuh di kampung-kampung pelosok perbukitan kapur Tagogapu – Citatah – Rajamandala, sebelah barat Bandung, cerita amarah Sangkuriang sedikit berlanjut. Cerita lisan yang didapat dari seorang sesepuh Kampung Rancamoyan, Desa Gunungmasigit, Kecamatan Cipatat mungkin menarik untuk disimak. Menurut sesepuh itu, sebenarnya amarah Sangkuriang tidak berhenti dengan menendang perahu dan kemudian mengejar Putri Dayang Sumbi. Sangkuriang juga mengobrak-abrik persiapan pesta pernikahan. Selain perahu, semua barang ditendanginya. Berdasarkan sakakala Sangkuriang yang berlanjut di perbukitan kapur Citatah itulah, beberapa toponim bukit kapur berkaitan erat dengan legenda amarah Sangkuriang menghancurkan persiapan pestanya itu. Pasir disingkat Pr. = bukit Pawon yang berarti dapur, Pr. Leuit lumbung, Pr. Pabeasan tempat beras, Gunung Hawu tungku, Pr. Kancahnangkub wajan/panci yang terbalik, semuanya merupakan bukit-bukit yang terpisah jauh. Begitu pula Pr. Bende dan Gua Ketuk yang berarti alat tetabuhan, serta Pr. Manik yang berarti perhiasan. Makanan dan minuman terburai menjadi Ci Bukur. Bukur dalam bahasa Sunda adalah sisa-sisa makanan. Cerita selanjutnya menurut kasepuhan Rancamoyan itu, Sangkuriang menyiapkan pelaminannya di satu bukit kapur yang bernama Karangpanganten. Ijab kabulnya direncanakan di Gunung Masigit atau masjid. Di sini cerita yang sebenarnya berbasis Hinduisme sudah terpengaruh oleh Islam. Tak utuh lagi Kemarahan Sangkuriang yang mengejar-ngejar Dayang Sumbi diekspresikan di dalam toponim sungai Ciluncat, tempat dimana pengejaran itu meloncat-loncat. Kadang kala kejar-kejaran tersebut ada rehatnya juga sehingga Sangkuriang sempat berjemur di Rancamoyan, yang berarti rawa tempat moyan, berjemur. Keseluruhan peristiwa itu dicatat sebagai suatu bencana yang diterapkan pada nama satu bukit kapur, Pr. Bancana. Jika berkendaraan dari Padalarang ke arah Cianjur, kita akan dapati semua toponim bukit dan sungai itu tersebar sejak di Ciburuy hingga di Cibogo. Setelah melewati Situ Ciburuy dari Padalarang, satu persatu kita akan temui bukit-bukit itu, diawali Pr. Pabeasan di selatan atau kiri jalan. Bukit kapur tegak ini terkenal di kalangan pemanjat tebing sebagai Tebing-125 karena berketinggian 125 m, dinding tegak tertinggi di perbukitan ini. Di baliknya terdapat G. Hawu. Suatu dinding yang jika dilihat dari arah selatan tampak berlubang menganga, membentuk suatu lengkung alami yang sangat indah. Memang persis seperti tungku kayu bakar dengan lubang perapiannya berupa lubang vertikal sedalam kira-kira 90 m. Satu bukit kecil Pr. Kancahnangkub berada jauh di selatan Pr. Pabeasan pada perbukitan bukan kapur. Kira-kira pada Km. 22 akan kita dapati Karangpanganten berupa bukit-bukit tegak runcing di sebelah utara atau kanan jalan. Di sebelahnya, berderet Pr. Pawon sebagai satu-satunya bukit kapur yang masih utuh karena keberadaan situs manusia purbakala, dan Gunung Masigit, bukit kapur berbentuk kerucut yang rusak karena galian batu kapur hingga ke puncak-puncaknya. Lalu ke arah barat kita jumpai Pr. Leuit yang sulit dikenali lagi dan Pr. Bancana yang juga menganga ke atas karena galian kapur juga. Cibukur, Ciluncat dan Rancamoyan sedikit masuk ke pedalaman dari jalur jalan raya ke arah utara. Semakin ke arah barat, kita akan jumpai Pr. Manik yang masih utuh karena bukit kapur ini dikuasai Kopasus untuk latihan panjat tebing. Di atas puncak bukit dengan tebing setinggi 49 m ini “tertancap” belati komando raksasa sebagai ciri yang cukup mencolok. Jauh di sebelah selatan, terdapatlah Pr. Bende yang bernasib lebih buruk, jadi lahan tambang juga. Bagaimana nasib bukit-bukit itu sekarang? Dari hasil pengamatan di lapangan maupun dengan sedikit bantuan citra satelit, dapat disimpulkan bahwa hampir tidak ada satu pun bukit kapur yang masih utuh. Tiga di antaranya, yaitu Pr. Pawon, Pr. Manik dan Pr. Sangiangtikoro masih baik. Hal ini karena Pr. Pawon memiliki Gua Pawon yang telah menjadi situs arkeologis dan merupakan sumber air bersih bagi masyarakat di hilirnya, sedangkan Pr. Manik dikuasai Kopasus, dan Pr. Sangiangtikoro berada di bawah otoritas PLTA Saguling. Bukit-bukit yang lain tinggal menunggu waktu untuk hancur dan rata. Gunung Masigit yang dikeroyok tujuh pengusaha galian batu kapur, dari tahun ke tahun berubah drastis dan akan kehilangan ciri morfologinya yang unik. Apalagi bagi ilmu geologi, bukit ini adalah bukit sangat penting karena merupakan lokasi tipe bagi Formasi Rajamandala, yaitu lokasi standar stratigrafi untuk jenis batu gamping yang berumur 30 – 23 juta tahun yang lalu ini. Pasir Pabeasan relatif aman karena setiap minggu selalu ada latihan panjat tebing. Begitu pun G. Hawu yang ada di belakangnya. Namun, jangan tanya bagaimana rangkaian punggungan bukit ini persis di kiri dan kanannya hancur juga dengan tangan-tangan mesin backhoe yang tanpa ampun menggerogoti. Pr. Bancana, Pr. Bende, G. Guha dan Pr. Guha di Kabupaten Cianjur tidak luput dari incaran pengusaha pengolahan kapur. Habis Pertanyaan berikutnya, sampai kapan usaha ini berlanjut? Mestinya sampai semua batu kapur habis atau ludes. Lalu inilah skenario terburuk yang tergambar di pelupuk mata di bawah batu gamping tersembul batu lempung yang menjadi penyebab longsor utama di sepanjang jalur ini. Batu lempung ini juga cenderung tidak subur. Lalu hilang pula sumber-sumber air bersih yang tadinya berupa mata air pada kontak batu kapur – batu lempung. Inilah warisan yang akan kita berikan untuk anak cucu kita sendiri di masa depan! Palias… Syukur, kesadaran akan masa depan yang tergambar buruk di Citatah rupanya telah mulai disadari. Pada 18 Desember 2007, Gubernur Jawa Barat melakukan acara Ngarumat Pr. Pabeasan jeung G. Hawu untuk memelihara lingkungan di sekitar dua bukit unik ini. Selanjutnya pada 29 Desember 2007 diadakan sarasehan di depan Gua Pawon yang berhasil mengikat komitmen legislatif dan eksekutif Kabupaten Bandung Barat untuk menata kawasan Goa Pawon dan Gunung Masigit serta seluruh kawasan kars Citatah berwawasan lingkungan. Sebelum adanya pistol atau senapan, senjata tajam adalah pilihan utama bagi para tentara yang pergi berperang. Salah satu yang paling utama adalah pedang. Dengan pedang, para tentara dapat dengan efektif menebas para musuh dalam pertarungan satu lawan ketajamannya, pedang yang dibawa melambangkan kuasa dan otoritas yang menciutkan nyali para lawan. Oleh karena itu, para penguasa zaman dulu juga terkenal akan senjata yang dibawanya ke medan pedang-pedang yang terkenal di seluruh dunia yang selain karena ketajamannya, juga karena Khopeshilustrasi Khopesh kita mulai daftar ini dengan pedang bernama Khopesh. Kamu belum pernah mendengar tentang pedang Khopesh? Tidak apa-apa! Kali ini, kamu akan belajar adalah salah satu pedang paling berpengaruh yang muncul pada Zaman Perunggu. Ditempa sejak masa Kerajaan Baru Mesir, pedang khopesh - yang berakar dari kata "ḫpš" yang berarti "kaki" sesuai bentuknya - memiliki sabit pengait di luar bilah pedangnya. Selain Mesir, pedang Khopesh juga dipakai oleh kaum interpretasi "Prasasti Hering" Stele of the Vultures, Raja Sumeria, Eannatum dari Lagash, digambarkan menggunakan khopesh dalam peperangan; sehingga, pedang tersebut bisa ditelusuri asalnya hingga 2500 SM. Jika orang Sumeria juga memakainya, kenapa sejarah mencatat pedang ini berasal dari Mesir?Pedang ini biasanya ditempa dari perunggu dengan panjang 50 cm hingga 60 cm dan diyakini datang ke Mesir melalui para saudagar dari Timur periode Kerajaan Baru Mesir, khopesh menjadi senjata militer wajib dan disukai karena kemampuannya dalam pertarungan jarak dekat. Oleh karena itu, senjata ini jadi terkenal dari tentara Mesir menggunakan sabit khopesh yang tumpul untuk merebut perisai musuh agar lebih mudah ditebas; jadi, hanya bilah dalamnya saja yang diasah. Selain itu, tentara Mesir mengganti khopesh perunggu menjadi besi untuk meningkatkan daya militer, khopesh juga memiliki nilai sakral dalam kebudayaan Mesir. Pedang ini sering digambarkan dalam seni hieroglif atau dimasukkan ke dalam sarkofagus figur Mesir terkemuka, terutama para Firaun. Salah satu contohnya adalah Firaun Tutankhamun yang dimakamkan bersama dua pedang khopesh dengan ukuran khopesh akhirnya tidak dipakai lagi sekitar abad ke-12 Ulfberhtilustrasi Ulfberht tahu pedang yang terlihat dipakai oleh para ksatria dari Britania Raya? Bagaimana jika ternyata, pedang tersebut adalah pedang milik kaum Viking? Ya, pedang Ulfberht dari abad ke-9 adalah senjata yang menjadi saksi bisu keganasan kaum Viking saat menjarah benua hanya beberapa dari tentara Viking terpilih yang membawa pedang, bukti sejarah menunjukkan bahwa pedang tersebut bilah yang terlalu... "modern" untuk zamannya. Uniknya, pedang ini diukir dengan tulisan "+VLFBERH+T" atau "+VLFBERHT+". Oleh karena itulah, namanya disebut "Ulfberht ".Pedang Ulfberht ditempa dari baja karbon tinggi dan terkenal karena daya serang, fleksibilitas, dan ketajamannya yang melebihi pedang di zamannya. Dari segi ukuran, Ulfberht memiliki panjang 91 cm dan berat yang cukup ringan, 1,2 kg!Terdapat sekitar 170 pedang Ulfberht yang berasal dari abad ke-9 hingga abad ke-11 Masehi. Kebanyakan dari pedang Ulfberht berasal dari Norwegia dan Finlandia. Ulfberht kemudian bak ditelan Bumi, menghilang dari benua Eropa hingga muncul kembali saat Revolusi Industri 1760 - 1850. Baca Juga Fakta Pedang Damaskus, Pedang Terkuat Sepanjang Sejarah 3. Katanailustrasi katana apa yang pas untuk menggambarkan kebudayaan Jepang, terutama para Samurai dan Ninja? Tentu saja, pedang katana! Pertama kali dikembangkan pada zaman Muromachi 1336 - 1573, pedang katana menjadi senjata pilihan para samurai yang mengabdi untuk melindungi para Katana nama pedangnya, samurai adalah orang yang menggunakannya! Jangan terbalik lagi!Pada masa itu, samurai terbaik dikenal karena kemampuan untuk menebas musuh dengan sekali tebas. Baik untuk para samurai dan masyarakat Jepang dari dulu hingga sekarang, katana dihormati sebagai suatu karya seni yang katana yang paling terkenal hingga saat ini "Honjo Masamune". Sebenarnya, katana ini bernama "Masamune" dan dianggap sebagai "sesepuh" katana. Masamune ditempa sekitar abad ke-13 atau ke-14 oleh pengrajin pedang legendaris, Goro Nyudo dari mana nama "Honjo"? Dianggap sebagai salah satu bilah Jepang paling indah yang pernah dibuat di masa Keshogunan Tokugawa, pedang itu jatuh ke tangan Honjo Shigenaga, seorang samurai suruhan Uesugi Kenshin, pada abad Masamune kemudian terus diwariskan hingga akhirnya hilang pada masa Perang Dunia II PD II setelah dipegang oleh Tokugawa Iemasa. Pada 1939, Jepang menyatakan Honjo Masamune sebagai Pusaka Nasional. Untuk menambah aspek legendarisnya, hingga saat ini, Honjo Masamune belum Gladiusilustrasi Gladius pemimpin yang ambisius, Kekaisaran Romawi juga terkenal akan tentaranya dan senjata mereka, pedang gladius. Beberapa belati militer zaman sekarang juga terinspirasi oleh bentuk gladius. Bagaimana kisahnya?Sejak reformasi yang dilakukan oleh Gaius Marius pada 107 SM, pedang gladius menjadi salah satu senjata wajib para tentara Romawi wajib dilengkapi oleh tombak scutum, lembing pila, belati pugio, dan anak panah plumbatae.Tidak kalah dari tombak dan perisai mereka yang indah, gladius ikut membantu tentara legiun Romawi untuk menaklukkan Cekungan gladius berevolusi selama berabad-abad. Tetapi, gladius umumnya memiliki ujung yang tajam dan bilah pedang yang kokoh hasil tempaan dari baja bermutu tinggi. Gladius sendiri memiliki berat 1 kg dan panjang hingga 85 cm dengan bilah sepanjang 68 untuk menikam musuh, gladius memang paling efektif ketika digunakan dalam formasi di mana para tentara Romawi harus melindungi diri mereka sendiri dengan perisai sambil melakukan tikaman berulang-ulang terhadap serbuan musuh. Akan tetapi, tidak jarang juga gladius digunakan untuk menebas bukunya yang berjudul "From Sumer to Rome" pada 1991, sejarawan Richard A. Gabriel dan Karen S. Metz menganggap pedang gladius sebagai salah satu senjata yang memakan korban terbanyak sebelum ditemukannya senapan. "Di tangan serdadu Romawi yang sangat terlatih, gladius adalah senjata paling mematikan dari semua senjata yang diproduksi oleh tentara kuno. Pedang ini menewaskan lebih banyak tentara daripada senjata lain dalam sejarah, sampai penemuan senapan," tulis Gabriel dan Metz. 5. Falcatailustrasi falcata VictoryPedang paling terkenal dalam sejarah terakhir di daftar ini adalah pedang falcata. Kamu belum pernah mendengar pedang ini? Tidak apa-apa!Tetapi, kalau kamu melihat bentuk pedang ini, mungkin kamu akan teringat dengan pedang yang dipakai pasukan Sparta dalam menghalau pasukan Persia di film "300". Maaf sekali, pedang ini berbeda dengan milik Sparta!Para sejarawan pun maklum, kok! Bentuknya memang mirip dengan kopis, pedang yang digunakan oleh para tentara Sparta dari falcata adalah pedang yang digunakan oleh prajurit Celtiberia di sebelah selatan Semenanjung Iberia sekarang Spanyol. Nama falcata berasal dari bahasa Latin "falcatus" yang berarti "berbentuk elang".Dibuat dari besi atau baja berkualitas tinggi, bilah falcata dibuat unik bilah bermata tunggal berdekatan dengan gagang, dan bilah bermata dua dibuat di dekat ujungnya. Falcata dirancang untuk menggabungkan kekuatan memotong bak kapak dengan kemampuan menebas bak Perang Punisia Kedua, falcata mendapatkan reputasinya di mata jenderal Hannibal, sampai-sampai ia menyuruh seluruh pasukan Kartago-nya agar memakai falcata sebagai senjata untuk pertarungan jarak dekat, Hannibal juga patut berterima kasih pada falcata saat mengalahkan pasukan Romawi di Cannae pada 216 SM selain karena taktiknya yang pedang-pedang yang ikut membentuk sejarah bersama persenjataan lainnya. Menurutmu, manakah pedang yang kamu tahu? Atau, pedang manakah yang menurutmu paling mengesankan baik dalam segi desain dan daya serang? Yuk, bagikan opinimu! Baca Juga 11 Hal Tak Terungkap tentang Excalibur, Pedang Milik King Arthur Sejarah Kota Padalarang, Asal Usul Hingga Perkembangannya Kini– Kota Padalarang merupakan salah satu dari wilayah di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Letaknya hanya sekitar 7 kilometer dari pusat kota Bandung Barat, dengan pusat pemerintahan yang berlokasi di Desa Jayamekar. Secara definitif tercatat sebagai daerah tingkat II, mengikuti Kabupaten Bandung wilayah Barat yang berstatus sama. Keputusan tersebut juga sudah sesuai dengan UU No 12 Tahun 2007, tentang Pembentukan Kabupaten Bandung wilayah Barat di Prov Jabar. Padalarang sendiri berbatasan langsung dengan Kota Purwakarta, tepatnya Sagalaherang, Cisalak, dan Kota Cimahi. Wilayahnya merupakan dataran terendah pada 125 m dpl yang terbilang subur. Perkembangan kota ini terlihat secara signifikan tanpa melepaskan sejumlah identitas masa lalunya. Sejarah Awal Kota Padalarang Berkaitan dengan Dipati Ukur Berdasarkan sumber dari masyarakat setempat, sejarah nama Padalarang memiliki keterkaitan erat dengan Dipati Ukur. Kala itu Dipati Ukur sedang melakukan pelarian dari tentara Belanda bersama pasukannya. Mereka memasuki wilayah Desa Jaya Mekar dan melakukan permusyawaratan di sana. Sayangnya selama dilakukan perundingan, terdapat sejumlah pasukan yang melawan perintah Dipati Ukur. Hingga menyebabkan jatuhnya perintah hukuman gantung, peristiwa ini menyebabkan munculnya nama Kampung Gantungan. Sementara persenjataan yang dimiliki para pasukan pembangkang Dipati Ukur dikuburkan. Tujuannya agar tentara Belanda tidak dapat menemukan jejak keberadaan mereka kala itu. Daerah Cipadangmanah dipilih sebagai lokasi menguburkan senjata-senjata berupa keris, tombak, dan pedang. Hal ini pula menjadi cikal bakal tercetusnya kata Padang Larang yang kemudian berganti menjadi Padalarang. Lokasi Kampung Gantungan tidaklah jauh dari pusat pemerintahan Padalarang, Desa Jaya Mekar. Kota Padalarang terbagi atas 10 desa, yaitu Kertamulya, Cimerang, Cimerang, Campakamekar, Tagogapu, Ciburuy, Kertajaya, Cipeundeuy, Jaya Mekar, dan Laksana Mekar. Pada Kecamatan Padalarang terdapat pabrik lawas yang mengawali perkembangan kertas di Indonesia, bernama Fabriek. Fabriek telah beroperasi sejak tahun 1922 di bawah kepemimpinan Hoyer. Sebagai cabang pertama NV Papier Fabriek Nijmegen di Belanda. Kemudian selang 13 tahun pabrik kertas yang sama membuka cabangnya di Leces, Probolinggo, Jawa Timur. Kini pabrik tersebut merupakan tempat produksi kertas spesial dengan pengamanan khusus. Speciality paper adalah kertas dengan tanda air yang bisa kita terawang. Umumnya akan dipergunakan untuk membuat akta negara, ijazah, dan dokumen penting lainnya. Wilayah yang Kaya Bangunan Bersejarah Kota Padalarang disebut wilayah yang layak dijadikan sebagai kota tuanya Bandung Barat. Pemikiran ini tercetus lantaran cukup banyak bangunan tua peninggalan sejarah yang masih berdiri kokoh. Bukan sembarang bangunan saksi sejarah melainkan jejak peninggalan Hindia Belanda. Warisan bangunan bersejarah berhasil pihak Indonesia Hidden Heritage atau IHH temukan. IHH pula yang menjadi pencetus ide awal, menjadikan Padalarang sebagai salah satu destinasi kota tua Bandung di wilayah Barat. Setidaknya ditemukan empat heritage building dengan peranan penting bagi kehidupan masyarakat di masa lalu. Salah satunya sudah dijelaskan yaitu pabrik kertas, kemudian disusul stasiun tua yang beroperasi sejak 1884, kawedanan yang difungsikan sebagai Kantor DPRD KBB, dan komplek perumahan pejabat pabrik kertas di Gedong Lima. Upaya merealisasikan rencana Kota Tua di Padalarang, tergolong dalam usaha menaikan potensi ekonomi. Sejauh ini Goa Pawon telah lebih dulu dimulai sebagai pengembangan proyek wisata prehistoric. Disparbud pun dengan serius mengajak Institut Teknologi Nasional, dalam melakukan kajian arsitektur bangunan tua yang disebutkan. Hasil kajian itu direncanakan akan menjadi acuan untuk merealisasikan proyek Kota Tua. Bahkan Disparbud mengemasnya sebagai program kampus, dimana mahasiswa program arsitektur Itenas menggunakan pengetahuannya untuk kepentingan masyarakat luas. Program Kota Tua bertujuan melindungi kondisi cagar bangunan agar tidak tergerus modernisasi. Perlindungan atas kelangsungan eksistensi bangunan tua di wilayah Padalarang. Merujuk pada masifnya pertumbuhan pembangunan kota baru yang modern. Dengan begitu keseimbangan antara modernisasi perekonomian dengan sejarah masa lalu mampu berjalan seiring. Pemerintah daerah beranggapan jika sesuatu yang berpotensi menaikkan perekonomian masyarakat. Seharusnya tidak dilepaskan begitu saja, mengingat Jakarta dan Semarang juga sukses memperoleh pendapatan dari The Heritage City. Memiliki Masjid dengan Bangunan Terbaik Sedunia Masjid merupakan tempat ibadah bagi umat Islam, yang berfungsi sebagai tempat sujud, berdoa, sembahyang, dan kegiatan ibadah lainnya. Ada hal istimewa di Padalarang, lantaran Masjid Al Irsyad Satya terletak di sana. Masjid tersebut berhasil meraih penghargaan sebagai The Best World Building pada tahun 2011. Penghargaan bangunan terbaik yang diarahkan kepada Masjid Al Irsyad untuk kategori bangunan religi. Versi Archdaily and Green Leadership Award dengan penyelenggara BCI Asia pada tahun 2011. Sontak bukan hanya masyarakat setempat yang kerap beribadah khusus di bangunan megah tersebut. Melainkan datang pula dari sejumlah jemaah dari wilayah seperti Kota Bandung, Cimahi, Purwakarta, Garut, Subang, Jakarta, dan masih banyak lagi. Pembangunan Masjid Al Irsyad terletak di Kota Baru Padalarang, tepatnya pada 7 September 2009, jika dalam kalender Islam waktu itu adalah 17 Ramadhan 1430 H. Lama waktu pengerjaan hanya satu tahun untuk merampungkannya. Lantaran Agustus 2010, masjid diresmikan dan terbuka bagi jemaah yang hendak beribadah. Bangunan Masjid berdiri megah di atas areal dengan luas 1 hektar, serta terintegrasi langsung dengan Al Irsyad Satya Islamic School. Sekolah merupakan afiliasi dengan Madrasah Al Irsyad Al Islamiyah bertaraf Internasional. Kemegahan rumah ibadat Al Irsyad sejatinya hasil buah pemikiran Ridwan Kamil. Kala itu beliau masih menjabat sebagai Walikota Bandung. Bangunan terinspirasi dari bentuk Kabah di Mekah yang berbentuk kubus, mampu menampung hingga 1500 jemaah sekaligus. Sedangkan Fasad Masjid dibuat dengan susunan concrete block berbentuk kaligrafi. Bila diperhatikan secara khusus maka dapat terbaca susunan kalimat As Syahadah. Pembangunan Modernisasi Kota Padalarang Terkini Kota Baru Padalarang memiliki desain berbeda dengan Kota Lama, selain itu modernisasi pembangunan juga diakui mempunyai ciri khas tersendiri. Proses pembangunan dimulai sejak sembilan belas tahun yang lalu. Mengusung konsep pertama sebagai kota satelit, dengan harapan bisa menjadi kota pendidikan bagi masyarakat Jawa Barat. Demi mewujudkan rencana modernisasi tersebut, kota baru lantas dilengkapi dengan sejumlah fasilitas memadai. Tujuannya agar masyarakat dapat pindah dan tinggal tanpa mengalami kesulitan memenuhi kebutuhannya. Fasilitas umum yang tersedia seperti taman, pusat perkantoran, hotel, mall, destinasi wisata, sekolah, dan banyak lagi. Bahkan berdasarkan sektor wisata Padalarang, daya tarik utama yang mendatangkan pengunjung dari sejumlah kota layaknya Bandung, Jakarta, Cianjur, Subang, Garut, dan Purwakarta. Yaitu wisata berbentuk cagar budaya tradisional Sunda. Dimana dari tempat tersebut kerap mengadakan kompetisi tingkat global. Selain itu Puspa Iptek turut menjadi identitas baru Kota Padalarang, lewat kehadiran Sundial. Sundial alias jam matahari satu ini merupakan yang pertama dan terbesar sedunia. Ketinggian bangunan mencapai 20 meter dan berfungsi sebagai jam horizontal atau vertical. Jam matahari secara khusus diresmikan oleh Menristek. Puspa Iptek adalah pusat bagi peragaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukan hal berlebihan menyebut Sundial adalah ciri khas kota yang baru, terbukti pada Mei 2002 Museum Rekor Indonesia mencatatnya sebagai jam matahari terbesar di Indonesia. Jam juga menunjukkan bulan dari Januari hingga Desember. Modernisasi Kota Padalarang juga terfasilitasi berkat kehadiran kawasan komersial. Mulai dari menawarkan konsep alam eksotis yang terpadu dengan wisata kuliner. Membuat masyarakat bisa menikmati santapannya, sekaligus melihat etnik budaya tradisional dari alam terbuka. Pembangunan Fasilitas Umum Semakin Lengkap Masyarakat yang berdomisili di Kota Padalarang tidak lagi harus mengunjungi mall-mall di Bandung. Pasalnya pusat perbelanjaan yang tersedia kini, tidak kalah bagus dari Paris van Java Mall, Citywalk, Festival Citylink ataupun Miko Mall. Demikian halnya pula dengan keinginan melihat karya seni seperti yang terpampang di Galeri Wayang Golek Cupumanik, atau NuArt Sculpture Park. Cobalah pergi ke pusat wisata budaya bernama Bale Seni Barli. Taman pun menjadi pertimbangan pembangunan fasilitas umum, semua dirancang secara tematik bahkan dapat menyamai keindahan Taman Begonia Lembang. Sumber hiburan teater alias bioskop bagi masyarakat Kota Baru juga menyamai kecanggihan sejumlah kota besar. Amazing 4D Theatre diakui sebagai yang tercanggih sekota Bandung. Berminat mengunjunginya bisa mengambil akses jalan tol Purbaleunyi dan keluar dari tol Padalarang. Shuttle bus juga tersedia dengan rute terminal Leuwi Panjang. Demikianlah sejarah dan perkembangan kota Padalarang hingga hari ini. Tahukah Anda Bandung dulunya adalah sebuah gunung raksasa yang meletus kemudian menjadi kawah raksasa? Dan warga Bandung sekarang tinggal di kawah itu. Berdasarkan penelitian dan ditenggarai ditemukannya bukti-bukti alam terbentuknya daratan Bandung purba yang sangat berharga. Di antaranya kars batu kapur di Citatah, Padalarang, Kab. Bandung Barat, sebagai bukti daerah itu pada zaman Miosen awal 23 – 17 juta tahun lalu pantai utara pantura ada di sana. Kini kawasan itu dikenal antara lain dengan Karangpanganten, Karanghawu, Pasir Bukit Pabeasan, dll. Bandung kota dan sekitarnya, pada masa lampau merupakan danau yang dikenal dengan Danau Bandung. Keadaan yang sekarang terlihat merupakan pedataran yang biasa disebut dengan istilah “Cekungan Bandung” BandungBasin. Daerah sekitar cekungan tersebut, diperkirakan dahulu merupakan tepian danau sehingga banyak diperoleh sisa-sisa aktivitas manusia masa lampau Koesoemadinata, 2001. Van Bemmelen, 1935, meneliti sejarah geologi Bandung. Pengamatan dilakukan terhadap singkapan batuan dan bentuk morfologi dari gunung api-gunung api di sekitar Bandung. Penelitian yang dilakukan berhasil mengetahui bahwa danau Bandung terbentuk karena pembendungan Sungai Citarum purba. Pembendungan ini disebabkan oleh pengaliran debu gunung api masal dari letusan dasyat Gunung Tangkuban Parahu yang didahului oleh runtuhnya Gunung Sunda Purba di sebelah baratlaut Bandung dan pembentukan kaldera di mana di dalamnya Gunung Tangkuban Parahu tumbuh. Van Bemmelen secara rinci menjelaskan, sejarah geologi Bandung dimulai pada zaman Miosen sekitar 20 juta tahun yang lalu. Saat itu daerah Bandung utara merupakan laut, terbukti dengan banyaknya fosil koral yang membentuk terumbu karang sepanjang punggungan bukit Rajamandala. Kondisi sekarang, terumbu tersebut menjadi batukapur dan ditambang sebagai marmer yang berpolakan fauna purba. Bukit pegunungan api diyakini masih berada di daerah sekitar Pegunungan Selatan Jawa. Sekitar 14 juta sampai 2 juta tahun yang lalu, laut diangkat secara tektonik dan menjadi daerah pegunungan yang kemudian 4 juta tahun yang lalu dilanda dengan aktivitas gunung api yang menghasilkan bukit-bukit yang menjurus utara selatan antara Bandung dan Cimahi, antara lain Pasir Selacau. Pada 2 juta tahun yang lalu aktivitas vulkanik ini bergeser ke utara dan membentuk gunung api purba yang dinamai Gunung Sunda, yang diperkirakan mencapai ketinggian sekitar 3000 m di atas permukaaan air laut. Sisa gunung purba raksasa ini sekarang adalah punggung bukit. Sekitar Situ Lembang salah satu kerucut sampingan sekarang disebut Gunung Sunda dan Gunung Burangrang diyakini sebagai salah satu kerucut sampingan dari Gunung Sunda Purba ini. Sisa lain dari lereng Gunung Sunda Purba ini terdapat di sebelah utara Bandung, khususnya sebelah timur Sungai Cikapundung sampai Gunung Malangyang, yang oleh van Bemmelen 1935, 1949 disebut sebagai Blok Pulasari. Pada lereng ini terutama ditemukan situs-situs artefak, yang diteliti lebih lanjut oleh Rothpletz pada zaman Jepang dan pendudukan Belanda di Masa Perang Kemerdekaaan. Sisa lain dari Gunung Sunda Purba ini adalah Bukit Putri di sebelah timur laut Lembang Koesoemadinata, 2001. Gunung Sunda Purba itu kemudian runtuh, dan membentuk suatu kaldera kawah besar yang berukuran 5-10 km yang ditengahnya lahir Gunung Tangkuban Parahu, yang disebutnya dari Erupsi A dari Tangkuban Parahu, bersamaan pula dengan terjadinya patahan Lembang sampai Gunung Malangyang, dan memisahkan dataran tinggi Lembang dari dataran tinggi Bandung. Kejadian ini diperkirakan van Bemmelen 1949 terjadi sekitar tahun yang lalu. Suatu erupsi cataclysmic kedua terjadi sekitar 6000 tahun yang lalu berupa suatu banjir abu panas yang melanda bagian utara Bandung lereng Gunung Sunda Purba sebelah barat Sungai Cikapundung sampai sekitar Padalarang di mana Sungai Citarum Purba mengalir ke luar dataran tinggi Bandung. Banjir abu vulkanik ini menyebabkan terbendungnya Sungai Citarum Purba, dan terbentuklah Danau Bandung. Tahun 90-an, Dam dan Suparan 1992 dari Direktorat Tata Lingkungan Departemen Pertambangan mengungkapkan sejarah geologi dataran tinggi Bandung. Penelitian ini menggunakan teknologi canggih seperti metoda penanggalan pentarikhan radiometri dengan isotop C-14 dan metode U/Th disequilibirum. Dam melakukan pengamatan terhadap perlapisan endapan sedimen Danau Bandung dari 2 lubang bor masing-masing sedalam 60 m di Bojongsoang Kabupaten Bandung dan sedalam 104 m di Sukamanah Kabupaten Bandung; melakukan pentarikhan dengan metoda isotop C-14 dan 1 metoda U/Th disequilibirum; dan pengamatan singkap dan bentuk morfologi di sekitar Bandung. Berbeda dengan Sunardi 1997 yang mendasarkan penelitiannnya atas pengamatan paleomagnetisme dan pentarikhan radiometri dengan metode K-Ar. Simpulan penting adalah bahwa pentarikhan kejadian-kejadian ini jauh lebih tua daripada diperkirakan oleh van Bemmelen 1949, kecuali periode pembentukanGunung Sunda Purba serta kejadian-kejadian sebelumnya. Keberadaan danau purba Bandung dapat dipastikan, bahkan turun naiknya muka air danau, pergantian iklim serta jenis floranya dapat direkam lebih baik van der Krass dan Dam, 1994. Hasil yang diperoleh, pembentukan danau Bandung bukan disebabkan oleh suatu peristiwa ledakan Gunung Sunda atau Tangkuban Parahu, tetapi mungkin karena penurunan tektonik dan peristiwa denudasi dan terjadi pada 125 KA kilo-annum/ribu tahun yang lalu Dam et al, 1996. Keberadaan Gunung Sunda Purba dipastikan antara 2 juta sampai 100 juta tahun yang lalu berdasarkan pentarikhan batuan beku aliran lava, antara lain di Batunyusun timur laut Dago Pakar di Pulasari Schol 1200 juta tahun, Batugantung Lembang 506 kA ribu tahun dan di Maribaya 182 dan 222 kA. Memang suatu erupsi besar kataklismik cataclysmic terjadi pada 105 ribu tahun yang lalu, berupa erupsi Plinian yang menghasilkan aliran besar dari debu panas yang melanda bagian baratlaut Bandung dan membentuk penghalang topografi yang baru di Padalarang Kabupaten Bandung Barat, yang mempertajam pembentukan danau Bandung. Erupsi besar ini diikuti dengan pembentukan kaldera atau runtuhnya Gunung Sunda yang diikuti lahirnya Gunung Tangkuban Parahu beberapa ratus atau ribu kemudian, yang menghasilkan aliran lava di Curug Panganten Kota CImahi 62 ribu tahun yang lalu, sedangkan sedimentasi di danau Bandung berjalan terus. Suatu ledakan gunung api cataclysmic kedua terjadi antara 55 dan 50 ribu tahun yang lalu, juga berupa erupsi Plinian dan melanda Bandung barat laut, sedangkan aliran-aliran lava di Curug Dago dan Kasomalang Subang, terjadi masing-masing 41 dan 39 ribu tahun yang lalu. Sementara itu, sedimentasi di Danau Bandung berjalan terus, antara lain pembentukan suatu kipas delta purba yang kini ditempati oleh Kota Bandung pada permukaan danau tertinggi. Akhir dari Danau Bandung pun dapat ditentukan pentarikhannya yaitu 16 ribu tahun yang lalu. Asal-Usul Bandung Mengenai asal-usul nama "Bandung", dikemukakan berbagai pendapat. Sebagian mengatakan bahwa, kata "bandung" dalam bahasa Sunda, identik dengan kata "banding" yang mana dalam Bahasa Indonesia, berarti berdampingan. Ngabanding Sunda berarti berdampingan atau berdekatan. Hal ini antara lain dinyatakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka 1994 dan Kamus Sunda-Indonesia terbitan Pustaka Setia 1996, bahwa kata bandung berarti berpasangan dan berarti pula berdampingan. Pendapat lain mengatakan, bahwa kata "bandung" mengandung arti besar atau luas. Kata itu berasal dari kata bandeng. Dalam bahasa Sunda, ngabandeng berarti genangan air yang luas dan tampak tenang, namun terkesan menyeramkan. Diduga kata bandeng itu kemudian berubah bunyi menjadi Bandung. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa kata Bandung berasal dari kata bendung. Pendapat-pendapat tentang asal dan arti kata Bandung, rupanya berkaitan dengan peristiwa terbendungnya aliran Sungai Citarum purba di daerah Padalarang oleh lahar Gunung Tangkuban Parahu yang meletus pada masa holosen ± 6000 tahun yang lalu. Akibatnya, daerah antara Padalarang Kabupaten Bandung Barat sampai Cicalengka Kabupaten Bandung ± 30 kilometer dan daerah antara Gunung Tangkuban Parahu Kabupaten Bandung Barat sampai Soreang Kabupaten Bandung ± 50 kilometer terendam menjadi sebuah danau besar yang kemudian dikenal dengan sebutan Danau Bandung atau Danau Bandung Purba. Berdasarkan hasil penelitian geologi, air Danau Bandung diperkirakan mulai surut pada masa neolitikum ± 8000 - 7000 sebelum Masehi. Proses surutnya air danau itu berlangsung secara bertahap dalam waktu berabad-abad. Secara historis, kata atau nama Bandung mulai dikenal sejak di daerah bekas danau tersebut berdiri pemerintah Kabupaten Bandung sekitar decade ketiga abad ke-17. Dengan demikian, sebutan Danau Bandung terhadap danau besar itu pun terjadi setelah berdirinya Kabupaten Bandung. Berdirinya Kabupaten Kontraktor Bor Pileebelum Kabupaten Bandung berdiri, daerah Bandung dikenal dengan sebutan "Tatar Ukur". Menurut naskah Sadjarah Bandung, sebelum Kabupaten Bandung berdiri, Tatar Ukur adalah termasuk daerah Kerajaan Timbanganten dengan ibukota Tegalluar. Kerajaan itu berada dibawah dominasi Kerajaan Sunda-Pajajaran. Sejak pertengahan abad ke-15, Kerajaan Timbanganten diperintah secara turun temurun oleh Prabu Pandaan Ukur, Dipati Agung, dan Dipati Ukur. Pada masa pemerintahan Dipati Ukur, Tatar Ukur merupakan suatu wilayah yang cukup luas, mencakup sebagian besar wilayah Jawa Barat, terdiri atas sembilan daerah yang disebut "Ukur Sasanga". Setelah Kerajaan Sunda-Pajajaran runtuh 1579/1580 akibat gerakan Pasukan banten dalam usaha menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat, Tatar Ukur menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang, penerus Kerajaan Pajajaran. Kerajaan Sumedanglarang didirikan dan diperintah pertama kali oleh Prabu Geusan Ulun pada 1580-1608, dengan ibukota di Kutamaya, suatu tempat yang terletak sebelah Barat kota Sumedang sekarang. Wilayah kekuasaan kerajaan itu meliputi daerah yang kemudian disebut Priangan, kecuali daerah Galuh sekarang bernama Ciamis. Setelah beberapa serangkaian peristiwa, seperti Kekalahan Dipati Agung dan Pembangkangan Dipati Ukur, daerah Priangan di luar Sumedang dan Galuh dibagi menjadi tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Parakanmuncang dan Kabupaten Sukapura dengan cara mengangkat tiga kepala daerah dari Priangan yang dianggap telah berjasa menumpas pemberontakan Dipati Ukur. Ketiga orang kepala daerah dimaksud adalah Ki Astamanggala, umbul Cihaurbeuti diangkat menjadi mantri agung bupati Bandung dengan gelar Tumenggung Wiraangunangun, Tanubaya sebagai bupati Parakanmuncang dan Ngabehi Wirawangsa menjadi bupati Sukapura dengan gelar Tumenggung Wiradadaha. Ketiga orang itu dilantik secara bersamaan berdasarkan "Piagem Sultan Agung", yang dikeluarkan pada hari Sabtu tanggal 9 Muharam Tahun Alip penanggalan Jawa. Dengan demikian, tanggal 9 Muharam Taun Alip bukan hanya merupakan hari jadi Kabupaten Bandung tetapi sekaligus sebagai hari jadi Kabupaten Sukapura dan Kabupaten Parakanmuncang. Berdirinya Kabupaten Bandung, berarti di daerah Bandung terjadi perubahan terutama dalam bidang pemerintahan. Daerah yang semula merupakan bagian bawahan dari pemerintah kerajaan Kerajaan Sunda-Pajararan kemudian Sumedanglarang dengan status yang tidak jelas, berubah menjadi daerah dengan status administrative yang jelas, yaitu kabupaten. Setelah ketiga bupati tersebut dilantik di pusat pemerintahan Mataram, mereka kembali ke daerah masing-masing. Sadjarah Bandung naskah menyebutkan bahwa Bupati Bandung Tumeggung Wiraangunangun beserta pengikutnya dari Mataram kembali ke Tatar Ukur. Pertama kali mereka dating ke Timbanganten. Di sana bupati Bandung mendapatkan 200 cacah. Selanjutnya Tumenanggung Wiraangunangun bersama rakyatnya membangun Krapyak, sebuah tempat yang terletak di tepi Sungat Citarum dekat muara Sungai Cikapundung, daerah pinggiran Kabupaten Bandung bagian Selatan sebagai Ibukota Kabupaten. Sebagai daerah pusat kabupaten Bandung, Krapyak dan daerah sekitarnya disebut Bumi kur Gede. Wilayah administrative Kabupaten Bandung di bawah pengaruh Mataram hingga akhir abad ke-17, belum diketahui secara pasti, karena sumber akurat yang memuat data tentang hal itu tidak/belum ditemukan. Menurut sumber pribumi, data tahap awal Kabupaten Bandung meliputi beberapa daerah antara lain Tatar Ukur, termasuk daerah Timbanganten, Kuripan, Sagaraherang, dan sebagian Tanahmedang. Boleh jadi, daerah Priangan di luar Wilayah Kabupaten Sumedang, Parakanmuncang, Sukapura dan Galuh, yang semula merupakan wilayah Tatar Ukur Ukur Sasanga pada masa pemerintahan Dipati Ukur, merupakan wilayah administrative Kabupaten Bandung waktu itu. Bila dugaan ini benar, maka Kabupaten Bandung dengan ibukota Krapyak, wilayahnya mencakup daerah Timbanganten, Gandasoli, Adiarsa, Cabangbungin, Banjaran, Cipeujeuh, Majalaya, Cisondari, Rongga, Kopo, Ujungberung dan lain-lain, termasuk daerah Kuripan, Sagaraherang dan Tanahmedang. Kabupaten Bandung sebagai salah satu Kabupaten yang dibentuk Pemerintah Kerajaan Mataram, dan berada di bawah pengaruh penguasa kerajaan tersebut, maka sistem pemerintahan Kabupaten Bandung memiliki sistem pemerintahan Mataram. Bupati memiliki berbagai jenis simbol kebesaran, pengawal khusus dan prajurit bersenjata. Simbol dan atribut itu menambah besar dan kuatnya kekuasaan serta pengaruh Bupati atas rakyatnya. Besarnya kekuasaan dan pengaruh bupati, antara lain ditunjukkan oleh pemilikan hak-hak istimewa yang biasa dmiliki oleh raja. hak-hak dimaksud adalah hak mewariskan jabatan, hak memungut pajak dalam bentuk uang dan barang, hak memperoleh tenaga kerja ngawula, hak berburu dan menangkap ikan dan hak mengadili. Dengan sangat terbatasnya pengawasan langsung dari penguasa Mataram, maka tidaklah heran apabila waktu itu Bupati Bandung khususnya dan Bupati Priangan umumnya berkuasa seperti raja. Ia berkuasa penuh atas rakyat dan daerahnya. Sistem pemerinatahan dan gaya hidup bupati merupakan miniatur dari kehidupan keraton. Dalam menjalankan tugasnya, bupati dibantu oleh pejabat-pejabat bawahannya, seperti patih, jaksa, penghulu, demang atau kepala cutak kepala distrik, camat pembantu kepala distrik, patinggi lurah atau kepala desa dan lain-lain. Kabupaten Bandung berada dibawah pengaruh Mataram sampai akhir tahun 1677. Kemudian Kabupaten Bandung jatuh ketangan Kompeni. Hal itu terjadi akibat perjanjian Mataram-Kompeni perjanjian pertama tanggal 19-20 Oktober 1677. Di bawah kekuasaan Kompeni 1677-1799, Bupati Bandung dan Bupati lainnya di Priangan tetap berkedudukan sebagai penguasa tertinggi di kabupaten, tanpa ikatan birokrasi dengan Kompeni. Sistem pemerintahan kabupaten pada dasarnya tidak mengalami perubahan, karena Kompeni hanya menuntut agar bupati mengakui kekuasaan Kompeni, dengan jaminan menjual hasil-hasil bumi tertentu kepada VOC. Dalam hal ini bupati tidak boleh mengadakan hubungan politik dan dagang dengan pihak lain. Satu hal yang berubah adalah jabatan bupati wedana dihilangkan. Sebagai gantinya, Kompeni mengangkat Pangeran Aria Cirebon sebagai pengawas opzigter daerah Cirebon-Priangan Cheribonsche Preangerlandan. Salah satu kewajiban utama bupati terhadap kompeni adalah melaksanakan penanaman wajib tanaman tertentu, terutama kopi, dan menyerahkan hasilnya. Sistem penanaman wajib itu disebut Preangerstelsel. Sementara itu bupati wajib memelihara keamanan dan ketertiban daerah kekuasaannya. Bupati juga tidak boleh mengangkat atau memecat pegawai bawahan bupati tanpa pertimbangan Bupati Kompeni atau penguasa Kompeni di Cirebon. Agar bupati dapat melaksanakan kewajiban yang disebut terakhir dengan baik, pengaruh bupati dalam bidang keagamaan, termasuk penghasilan dari bidang itu, seperti bagian zakar fitrah, tidak diganggu baik bupati maupun rakyat petani mendapat bayaran atas penyerahan kopi yang besarnya ditentukan oleh Kompeni. Bupati-Bupati Bandung Hingga berakhirnya kekuasaan Kompeni-VOC akhir tahun 1779, Kabupaten Bandung beribukota di Krapyak. Selama itu Kabupaten Bandung diperintah secara turun temurun oleh enam orang bupati. Tumenggung Wiraangunangun merupakan bupati pertama angkatan Mataram yang memerintah sampai tahun 1681. Lima bupati lainnya adalah bupati angkatan Kompeni yakni Tumenggung Ardikusumah yang memerintah tahun 1681-1704, Tumenggung Anggadireja I 1704-1747, Tumenggung Anggadireja II 1747-1763, R. Anggadireja III dengan gelar Wiranatakusumah I 1763-1794 dan Wiranatakusumah II yang memerintah dari tahun 1794 hingga tahun 1829. Pada masa pemerintahan bupati Wiranatakusumah II, ibukota Kabupaten Bandung dipindahkan dari Karapyak ke Kota Bandung. Berdirinya Kota Bandung Ketika Kabupaten Bandung dipimpin oleh Bupati RA Wiranatakusumah II, kekuasaan Kompeni di Nusantara berakhir akibat VOC bangkrut Desember 1799. Kekuasaan di Nusantara selanjutnya diambil alih oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan Gubernur Jenderal pertama Herman Willem Daendels 1808-1811. Herman Willem Daendels Sejalan dengan perubahan kekuasaan di Hindia Belanda, situasi dan kondisi Kabupaten Bandung mengalami perubahan. Perubahan yang pertama kali terjadi adalah pemindahan ibukota kabupaten dari Krapyak di bagian Selatan daerah Bandung ke Kota Bandung yang terletak di bagian tengah wilayah kabupaten tersebut. Antara Januari 1800 sampai akhir Desember 1807 di Nusantara umumnya dan di Pulau Jawa khususnya, terjadi vakum kekuasaan asing penjajah, karena walaupun Gubernur Jenderal Kompeni masih ada, tetapi ia sudah tidak memiliki kekuasaan. Bagi para bupati, selama vakum kekuasaan itu berarti hilangnya beban berupa kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi bagi kepentingan penguasa asing penjajah. Dengan demikian, mereka dapat mencurahkan perhatian bagi kepentingan pemerintahan daerah masing-masing. Hal ini kiranya terjadi pula di Kabupaten Bandung. Menurut naskah Sadjarah Bandung, pada tahun 1809 Bupati Bandung Wiranatakusumah II beserta sejumlah rakyatnya pindah dari Karapyak ke daerah sebelah Utara dari lahan bakal ibukota. Pada waktu itu lahan bakal Kota Bandung masih berupa hutan, tetapi di sebelah utaranya sudah ada pemukiman, yaitu Kampung Cikapundung Kolot, Kampung Cikalintu, dan Kampung Bogor. Menurut naskah tersebut, Bupati Wiranatakusumah II pindah ke Kota Bandung setelah ia menetap di tempat tinggal sementara selama dua setengah tahun. Semula bupati tinggal di Cikalintu daerah Cipaganti kemudian ia pindah Balubur Hilir. Ketika Deandels meresmikan pembangunan jembatan Cikapundung jembatan di Jl. Asia Afrika dekat Gedung PLN sekarang, Bupati Bandung berada disana. Deandels bersama Bupati melewati jembatan itu kemudian mereka berjalan ke arah timur sampai disuatu tempat depan Kantor Dinas PU Jl. Asia Afrika sekarang. Di tempat itu deandels menancapkan tongkat seraya berkata "Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd!" Usahakan, bila aku datang kembali ke sini, sebuah kota telah dibangun!". Rupanya Deandels menghendaki pusat kota Bandung dibangun di tempat itu. Sebagai tindak lanjut dari ucapannya itu, Deandels meminta Bupati Bandung dan Parakanmuncang untuk memindahkan ibukota kabupaten masing-masing ke dekat Jalan Raya Pos. Permintaan Deandels itu disampaikan melalui surat tertanggal 25 Mei 1810. Pindahnya Kabupaten Bandung ke Kota Bandung bersamaan dengan pengangkatan Raden Suria menjadi Patih Parakanmuncang. Kedua momentum tersebut dikukuhkan dengan besluit surat keputusan tanggal 25 September 1810. Tanggal ini juga merupakan tanggal Surat Keputusan besluit, maka secara yuridis formal dejure ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Bandung. Boleh jadi bupati mulai berkedudukan di Kota Bandung setelah di sana terlebih dahulu berdiri bangunan pendopo kabupaten. Dapat dipastikan pendopo kabupaten merupakan bangunan pertama yang dibangun untuk pusat kegiatan pemerintahan Kabupaten Bandung. Berdasarkan data dari berbagai sumber, pembangunan Kota Bandung sepenuhnya dilakukan oleh sejumlah rakyat Bandung dibawah pimpinan Bupati Wiranatakusumah II. Oleh karena itu, dapatlah dikatakan bahwa bupati Wiranatakusumah II adalah pendiri the founding father kota Bandung. Berkembangnya Kota Bandung dan letaknya yang strategis yang berada di bagian tengah Priangan, telah mendorong timbulnya gagasan Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1856 untuk memindahkan Ibukota Keresiden priangan dari Cianjur ke Bandung. Gagasan tersebut karena berbagai hal baru direalisasikan pada tahun 1864. Berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal tanggal 7 Agustus 1864 Kota Bandung ditetapkan sebagai pusat pemerintahan Keresidenan Priangan. Dengan demikian, sejak saat itu Kota Bandung memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai Ibukota Kabupaten Bandung sekaligus sebagai ibukota Keresidenan Priangan. Pada waktu itu yang menjadi Bupati Bandung adalah Wiranatakusumah IV 1846-1874. Sejalan dengan perkembangan fungsinya, di Kota Bandung dibangun gedung keresidenan di daerah Cicendo sekarang menjadi Rumah Dinas Gubernur Jawa Barat dan sebuah hotel pemerintah. Gedung keresidenan selesai dibangun tahun 1867. Perkembangan Kota Bandung terjadi setelah beroperasi transportasi kereta api dari dan ke kota Bandung sejak tahun 1884. Karena Kota Bandung berfungsi sebagai pusat kegiatan transportasi kereta api "Lin Barat", maka telah mendorong berkembangnya kehidupan di Kota Bandung dengan meningkatnya penduduk dari tahun ke tahun. Di penghujung abad ke-19, penduduk golongan Eropa jumlahnya sudah mencapai ribuan orang dan menuntut adanya lembaga otonom yang dapat mengurus kepentingan mereka. Sementara itu pemerintah pusat menyadari kegagalan pelaksanaan sistem pemerintahan sentralistis berikut dampaknya. Karenanya, pemerintah sampai pada kebijakan untuk mengganti sistem pemerintahan dengan sistem desentralisasi, bukan hanya desentralisasi dalam bidang keuangan, tetapi juga desentralisasi dalam pemberian hak otonomi bidang pemerintahan zelfbestuur. Dalam hal ini, pemerintah Kabupaten Bandung di bawah pimpinan Bupati RAA Martanagara 1893-1918 menyambut baik gagasan pemerintah kolonial tersebut. Berlangsungnya pemerintahan otonomi di Kota Bandung, berarti pemerintah kabupaten mendapat dana budget khusus dari pemerintah kolonial yang sebelumnya tidak pernah ada. Berdasarkan Undang-undang Desentralisasi Decentralisatiewet yang dikeluarkan tahun 1903 dan Surat Keputusan tentang desentralisasi Decentralisasi Besluit serta Ordonansi Dewan Lokal Locale Raden Ordonantie sejak tanggal 1 April 1906 ditetapkan sebagai gemeente kotapraja yang berpemerintahan otonomom. Ketetapan itu semakin memperkuat fungsi Kota Bandung sebagai pusat pemerintahan, terutama pemerintahan Kolonial Belanda di Kota Bandung. Semula Gemeente Bandung. Dipimpin oleh Asisten Residen priangan selaku Ketua Dewan Kota Gemeenteraad, tetapi sejak tahun 1913 gemeente dipimpin oleh burgemeester walikota.

asal usul pedang di gunung padalarang